Tersebutlah dalam kitab-kitab suci bangsa Timur Tengah bahwa Adam, yang dianggap sebagai manusia pertama dan Nabi pertama, mulai mengembangkan generasinya bersama Siti Hawa, Nenek Moyang Manusia yang ditemukan kembali setelah didamparkan di daerah India dari Surga.
Generasi berikutnya mulai melahirkan beberapa kelompok Bangsa. Bangsa Semetik kemudian menurunkan Bangsa Arab dan Israel yang selalu berperang. Khabarnya perpecahan kedua bangsa ini dimulai sejak Nabi Ibrahim. Bangsa Syam yang kemudian dikenal sebagai ras Aryan, menurunkan Bangsa Yunani dan Roma yang menjadi cikal bakal Eropa (Hitler merupakan tokoh ras ini yang ingin memurnikan bangsa Aryan di samping Bangsa Braminik yang chauvinistik dan menjadi penguasa kasta tinggi di agama Hindu), Nordik, Patan, Kaukasian, Slavia, Persia (Iran) dan India Utara (semisal Punjabi, Kashmir dan Gujarat) berkulit putih serta bule-bule lain sebangsanya.
Bangsa Negroid menurunkan bangsa Afrika dan beberapa bangsa berkulit hitam lainnya di dunia seperti Bangsa Dravidian (India berkulit Hitam), Papua, Samoa, Aborigin di Autralia, Asmat dan bangsa lain yang hidup di kepulauan Polinesia, Samudera Pasifik.
Bangsa Tatar menurunkan Ras Mongoloid yang terdiri dari bangsa Mongol; Cina, Korea, Uzbek, Tazik, Kazakh, Kazan di Rusia, bangsa Nomad penghuni Kutub Utara dan Selatan bermata cipit, Hokkian yang menjadi Konglomerat dan Mafia di Indonesia serta Bangsa Maya, Suku Indian dan lain sebagainya yang menjadi penduduk asli benua Amerika dan yang kedua; Ras Austronesia, yang menyebar di Madagaskar, Afrika, Batak; Proto Malayan dan Neo Malayan; Melayu, Jawa dan lain-lain.
Penyebaran populasi manusia terjadi paska “Tsunami” pertama atau dikenal sebagai Banjir Bah di jaman Nabi Nuh. Di jaman ini pula ada sebuah komunitas manusia yang konon mempunyai tinggi badan 15-30 meter punah ditelan banjir karena kesombongannya. Peneliti antropologi Amerika di awal abad 20 menemukan kembali bangsa ini di pedalaman Afrika, namun lokasinya dirahasiakan oleh pihak militer yang tertarik untuk mengambil sampel komunitas ini untuk rekayasa gen tentara AS.
Sejarah Batak
Penelusuran sejarah, sebuah upaya yang bagi sebagian orang merupakan pekerjaan “kurang pekerjaan”. Tetapi, jika difikir lebih dalam, setiap manusia pernah atau paling tidak sekali dalam hidupnya pernah berkecmuk tanya, “saya ini dari mana awalnya?”, “suku kami dari mana datangnya”, “Batak ini darimana asal muasalnya?”
Nah, walaupun tidak bisa menjawab secara tepat atau utuh, tulisan ini bisa jadi dibuat sebagai “pengganggu” fikiran kita untuk mulai melakukan pencarian jawaban tentang Apa dan Bagaimana orang Batak?
Gunung Pusuk Buhit |
Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke- 13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan Si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama Si Raja Buntal adalah generasi ke-20.
Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus.
Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah Timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan: Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang), atau dari Selatan Danau Toba (Portibi) atau dari Barat Danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus. Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah Timur Danau Toba (Simalungun).
Sebutan Raja kepada Si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya. Demikian halnya keturunan Si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan, dsb. Meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah. Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak Si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEA BULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya marga-marga batak
3000-1000 SM (Sebelum masehi)Bangsa Batak yang merupakan bagian dari Ras Proto Malayan hidup damai bermukim di perbatasan Burma/Myanmar dengan India. Beberapa komunitas tersebut yang kemudian menjadi cikal-bakal bangsa adalah kelompok Bangsa Karen, Toradja, Tayal, Ranau, Bontoc, Meo serta trio Naga, Manipur, Mizoram. Tiga yang terakhir ini sekarang berwarga negara India.
Adat istiadat mereka dan aksesoris pakaian yang dimiliki sampai sekarang masih mirp dengan pakaian Batak, misalnya pernik dan warna ulos.
Sifat dominan dari ras ini adalah kebiasaan hidup dalam Splendid Isolation di lembah lembah sungai dan di puncak-puncak pegunungan. Mereka sangat jarang membuat kontak bersifat permanen dengan pendatang yang berasal dari komunitas lainnya misalnya komunitas yang berada di tepi pantai, pesisir, yang saat itu banyak dipengaruhi oleh ideologi yang berbeda dengan mereka, misalnya Hinduisme (Yang disinyalir sebagai ajaran turunan dari agama Nabi Nuh AS), Zoroaster, Animisme gaya Yunani dan Romawi dan juga paham-paham baru seperti Buddha, Tao dan Shintoisme
Sifat tersebut masih membekas dan terus dipertahankan oleh orang-orang Batak hingga abad 19. Sampai saat ini, diperkirakan suku bangsa yang berasal dari ras ini masih mempertahankan kebiasaan ini, terutama Bangsa Tayal, bangsa pribumi di Taiwan, Orang-orang Bontoc dan batak Palawan penghuni pertama daerah Filipina.
1000 SM
Bangsa Mongol yang dikenal bengis dan mempunyai kemajuan teknologi yang lebih tinggi berkat hubungan mereka yang konsisten dengan berbagai bangsa mulai bergerak ke arah selatan. Di sana, keturunan mereka menyebut dirinya Bangsa Syan dan kemudian menciptakan komunitas Burma, Siam (Thai) dan Kamboja yang kemudian menjadi cikal-bakal negara.
Ras Proto Malayan mulai terdesak. Ketertutupan mereka menjadi bumerang karena teknologi mereka tidak up to date. Sebagian dari mereka kemudian mulai meninggalkan daerah-daerah tersebut, menempuh perjalanan untuk mencari daerah baru bahkan ke seberang lautan, di mana mereka akan menikmati hidup dalam ‘splendid isolation’ kembali.
Bangsa Bontoc bergerak ke daerah Filipina, Bangsa Toraja ke selatannya, Sulawesi. Di Filipina, Batak Palawan merupakan sebuah suku yang sampai sekarang menggunaka istilah Batak. Saudara mereka bangsa Tayal membuka daerah di kepulauan Formosa, yang kemudian, beberapa abad setelah itu, daerah mereka diserobot dan kedamaian hidup mereka terusak oleh orang-orang Cina nasionalis yang kemudian menamakannya Taiwan.
Yang lain, Bangsa Ranau terdampar di Lampung. Bangsa Karen tidak sempat mempersiapkan diri untuk migrasi, mereka tertinggal di hutan belantara Burma/Myanmar dan sampai sekarang masih melakukan pemberontakan atas dominasi Suku Burma atau Myamar yang memerintah.
Selebihnya, Bangsa Meo berhasil mempertahankan eksistensinya di Thailand. Bangsa Naga, Manipur, Mizo, Assamese mendirikan negara-negara bagian di India dan setiap tahun mereka harus berjuang dan berperang untuk mempertahankan identitas mereka dari supremasi bangsa Arya-Dravidian, yakni Bangsa India, yang mulai menduduki daerah tersebut karena over populasi.
Bangsa Batak sendiri, selain terdampar di Filipina, sebagian terdampat di kepulauan Andaman (sekarang merupakan bagian dari India) dan Andalas dalam tiga gelombang.
Yang pertama mendarat di Nias, Mentawai, Siberut dan sampai ke Pulau Enggano. Gelombang kedua terdampar di muara Sungai Simpang. Mereka kemudian bergerak memasuki pedalaman Pulau Andalas menyusuri sungai Simpang Kiri dan mulai mendirikan tempat di Kotacane. Komunitas ini berkembang dan membuat identitas sendiri yang bernama Batak Gayo. Mereka yang menyusuri Sungai Simpang Kanan membentuk Komunitas Batak Alas dan Pakpak. Batak Gayo dan Alas kemudian dimasukkan Belanda ke peta Aceh.
Mainstream dari Suku bangsa Batak mendarat di Muara Sungai Sorkam. Mereka kemudian bergerak ke pedalaman, perbukitan. Melewati Pakkat, Dolok Sanggul, dan dataran tinggi Tele mencapai Pantai Barat Danau Toba. Mereka kemudian mendirikan perkampungan pertama di Pusuk Buhit di Sianjur Sagala Limbong Mulana di seberang kota Pangururan yang sekarang. Mitos Pusuk Buhit pun tercipta.
Masih dalam budaya ‘splendid isolation’, di sini, Bangsa Batak dapat berkembang dengan damai sesuai dengan kodratnya. Komunitas ini kemudian terbagi dalam dua kubu. Pertama Tatea Bulan yang dianggap secara adat sebagai kubu tertua dan yang kedua; Kubu Isumbaon yang di dalam adat dianggap yang bungsu.
Sementara itu komunitas awal Bangsa Batak, jumlahnya sangat kecil, yang hijrah dan migrasi jauh sebelumnya, mulai menyadari kelemahan budayanya dan mengolah hasil-hasil hutan dan melakukan kontak dagang dengan Bangsa Arab, Yunani dan Romawi kuno melalui pelabuhan Barus. Di Mesir hasil produksi mereka, kapur Barus, digunakan sebagai bahan dasar pengawetan mumi, Raja-raja Fir’aun yang sudah meninggal. Tentunya di masa inilah hidup seorang pembawa agama yang dikenal sebagai Nabi Musa.
1000 SM – 1510 M
Komunitas Batak berkembang dan struktur masyarakat berfungsi. Persaingan dan Kerjasama menciptakan sebuah pemerintahan yang berkuasa mengatur dan menetapkan sistem adat.
Ratusan tahun sebelum lahirnya Nabi Isa Al Masih ( Yesus Kristus ), Nabi (Juruslamat ) umat Kristen di Tanah Palestina,
Dinasti Sori Mangaraja telah berkuasa dan menciptakan tatanan bangsa yang maju selama 90 generasi di Sianjur Sagala Limbong Mulana.
Dinasti tersebut bersama menteri-menterinya yang sebagian besar adalah Datu, Magician, mengatur pemerintahan atas seluruh Bangsa Batak, di daerah tersebut, dalam sebuah pemerintahan berbentuk Teokrasi.
Dinasti Sorimangaraja terdiri dari orang-orang bermarga Sagala cabang Tatea Bulan. Mereka sangat disegani oleh Bangsa Batak di bagian selatan yang keturunan dari Tatea Bulan.
KOSMOLOGI BATAK
Dalam Kitab Siraja Batak bahwa asal mula manusia adalah bermula dari Manuk ( Ayam ) Hulambu Jati yang bertelur 3 menetas dan lahir manusia laki-laki Dari telur pertama keluar Batara Guru Doli disebut juga Batara Guru Panungkunan / Batara Guru Pandapotan, yang menjadi kebijakan dari segala kerajaan, memegang timbangan kepada seluruh yang dijadikan, permulaan gantang terajunan, penimbang yang adil, hakim yang bijaksana. Dari telur kedua keluar Debata Sori Sorisohaliapan disebut juga Sori Tenang / Sori Murni / Sori Bonar dialah penjaga manusia , yang menjaga manusia seperti ladang padi yang hendak panen, menjaga manusia seperti menjaga bayi, pengembala manusia dan yang mempunyai gendang tujuh perangkat, yang menimbang kata-kata dan perbuatan yang salah berikat kepala merah, punya pisau si dua mata pemberi hukum dan pemberi titah kepada manusia. Debata Sori adalah pemberi jalan kehidupan dan penghukum manusia yang salah Dari telur ketiga, keluar Debata Bala Bulan disebut juga Balabulan Matabun / Balabulan Nambun yang rubun dipuncaknya. Datu Paratalatal, Datu Parusulusul, mengendarai kuda sembarani, pemilik pisau bermata dua, bertombak dua ujung, permulaan kuasa perdukunan kepada manusia. Dari telur ketiga itu juga keluar Raja Padoha, Naga Padoha Niaji, bertanduk tujuh, berkuasa di bawah tanah, asal mula dari gempa. Dan ayam tersebut bertelur lagi yang telurnya 3 buah ruas bambu, dieram selama 1 tahun dan menetas, lahirlah 3 orang wanita yaitu Siboru Porti Bulan, Boru Malimbin Dabini dan Siboru Anggasana. merekalah awal mulanya wanita. Ketiga wanita tersebut menjadi istri dari Debata Batara Guru, Debata Sorisohaliapan dan Debata Balabulan. Kejadian ini ketika bumi ini belum terbentuk, yang ada hanyalah benua atas dan bumi masih berupa lautan air seluruhnya. Manuk Hulambujati berkata:kepada Leangleangmandi agar disampaikan kepada Ompunta Mualajadi Nabolon " Ketiga orang itu telah beristri, tetapi bagaimana tentang Siraja Odapodap, Tuan Dihumijati dan Raja Padoha?" Kemudian pesan itupun disampaikan kepada Ompunta Mulajadi Nabolon oleh Leangleangmandi maka Ompunta Mualajadi Nabolon bersabda kepada Leangleangmandi: " Katakanlah kepada Manuk Hulambujati bahwa Akulah yang memikirkan akan hal itu, dan harus ditunggu anak dari yang tiga tadi, yang akan menjadi istri mereka kelak". Maka lahirlah seorang putri bagi Debata Batara Guru yang diberi nama Boru Deak Parujar dan diperistri oleh Si Raja Odapodap dan mereka tinggal di Banua Tonga (bumi).yang telah terbentuk oleh Si Boru Deak Parujar atas restu Ompunta Mualajadi Nabolon. .Kemudian bagi mereka lahirlah anak yang kembar satu laki-laki dan satu perempuan. Nama anak laki-laki Siraja Ihat Manisia atau tuan Mulana dan menjadi permulaan manusia laki-laki. Nama anak perempuan Siboru Ihat Manisia itulah asal-usul ibu manusia. Setelah anak yang dua itu besar, Siboru Deak Parujar memesankan kepada Leangleangmandi Untung-untung Nabolon, agar keluarganya dari Benua Atas datang untuk bergembira serta merestui anaknya yang dua itu. Kemudian datanglah Ompunta Mulajadi Nabolon, Debata Sori, Debata Asiasi, turun dari Benua Atas, langit dari parlangitan, melalui benang urutan Siboru Deak Parujar. Mereka tiba di puncak Gunung Pusuk Buhit, dan dari sanalah tempat permulaan manusia yaitu Sianjurmulamula - Sianjurmulamulajadi - Sianjurmulamulatompa, membelakangi jauh dan berhadapan dengan Toba, berpancuran gelang, bertapian jabi-jabi untuk bercuci muka di pagi hari dan untuk bercuci diri di malam hari Inilah awal terjadinya manusia menurut Suku Batak Indonesia.
Kepercayaan asli (ugamo) orang Batak dan kehidupan orang Batak berpatokan pada kitab ini. Hampir seluruh kehidupan orang Batak sehari-hari selalu berprinsip pada adat, budaya dan agama. Selalu menyatu seiring sejalan pada jaman dahulu kala.
Siraja Batak merupakan salah satu Suku Bangsa yang sangat besar di dunia karena memiliki seluruhnya ciri khas antara lain :
Aksara, bahasa, budaya, adat, suku bangsa, rumah, musik, hari, bulan, beladiri, hukum, undang-undang, pengobatan, filsafat, agama, dll.
Namun misteri Siraja Batak ini telah hampir punah semenjak meletusnya Gunung Pusuk Buhit I 73.000 tahun yang lalu dan meletusnya Gunung Pusuk Buhit II 2.000 tahun yang lalu, namun tulisan ini sedikitnya dapat mengakses kepada dunia mengenai apa dan siapa itu Batak pada jaman dahulu kala.
Aksara, bahasa, budaya, adat, suku bangsa, rumah, musik, hari, bulan, beladiri, hukum, undang-undang, pengobatan, filsafat, agama, dll.
Namun misteri Siraja Batak ini telah hampir punah semenjak meletusnya Gunung Pusuk Buhit I 73.000 tahun yang lalu dan meletusnya Gunung Pusuk Buhit II 2.000 tahun yang lalu, namun tulisan ini sedikitnya dapat mengakses kepada dunia mengenai apa dan siapa itu Batak pada jaman dahulu kala.
Dalam kehidupan Siraja Batak Tua telah mempunyai penuntun dan petunjuk hidup yang turun kebumi bersama Siraja Odap-odap dan Siboru Deak Parujar. Dan seluruh tatanan kehidupan Siraja Batak yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari menurut pada yang tertulis pada kitab Siraja Batak.
ADAT, fenomena yang penting dalam kehidupan masyarakat Batak berbanding epistomologi agama. Adalah tidak keterlaluan untuk dinyatakan bahawa masyarakat Batak secara umumnya memperoleh hampir kesemua fahaman spiritualnya dari India, terutamanya Hinduisme. Faham Hindu – Batak (pengadunan Hinduisme dengan kepercyaan lokal) kemudiannya merebak ke tempat-tempat lain di Indoensia.
Kata LOEB, antara beberapa elemen Hindu yang terdapat dalam kepercayaan Batak ialah ide PENCIPTA dan CIPTAAN, stratifikasi surga (LANGIT), kebangkitan surga (langit), nasib atau kedudukan roh selepas seseorang meninggal dunia, pengorbanan binatang, dan shamanisme (trans atau rasuk).
Faham spiritual masyarakat Batak membagi alam – dunia kosmos (secara kosmologi dan kosmogoni) menjadi 3 bagian yang meliputi alam Tuhan (kedewaan) sampai konsep roh meliputi kepercayaan tentang hantu, iblis dan nenek moyang. Stratifikasi faham tersebut mirip salah satu dari faham Hindu.
Tiga pribadi dari Debata Na Tolu ialah BATARA GURU, SORIPATA ( SORISOHALIAPAN ) dan MANGALABULAN. Batara Guru disamakan dengan Mahadewa (Shiva) sedang Soripata disamakan dengan Maha Vishnu. Namun Mangalabulan mempunyai sejarah kelahiran yang agak kabur dan tidak menunjukkan adanya persamaan dengan imej-imej kosmologi Hindu.
Antara tiga pribadi ini, Batara Guru mempunyai kedudukan yang tertinggi dan utama di kalangan masyarakat Batak, kerana sifatnya sebagai pencipta dan sekaligus pahlawan yang mengajar (guru) kebudayaan, kesenian dan adat masyarakat bagian utara P. Sumatra ini. Mangalabulan sebaliknya adalah pribadi yang agak kompleks kerana di balik memberi rahmat dan melakukan kebaikan dan kebajikan, Mangalabulan juga melakukan kejahatan atas dasar adanya permohonan, .Disamping tiga pribadi utama ini – Debata Na Tolu, masyarakat Batak juga memuja banyak debata (dewata) atau Tuhan yang lebih rendah derajatnya, misalnya debata idup (Tuhan Rumah), boraspati ni tano (spirit bumi/tanah) dan boru saniang naga (spirit air), Radja moget pinajungan (penjaga pintu syurga), Radja Guru (menangkap roh manusia) – tugasnya sama seperti malaikat Izarail dalam epistomologi Islam atau Yama dalam Hindu.
Debata berasal dari kata Sanskrit – deivatha. – Dalam epistomologi Batak, debata merujuk pada arti Tuhan. Masyarakat Batak, seperti masyarakat Hindu, menerima kehidupan dalam nada dualitas. Kebaikan dan kejahatan saling wujud dalam kehidupan, dengan kebaikan menjadi buruan ultimat manusia. Debata yang jahat bagi masyarakat Batak ialah Naga Padoha yaitu debata yang tinggalnya pada tempat paling bawah dalam hieraki tiga alam – iaitu di bawah bumi. Bersama-sama Naga Padoha ialah cerita bagaimana anak Batara Guru, Boru Deak Parujar yang enggan mengadakan komunikasi dengan Mangalabulan di langit, turun ke lautan primodial (sebelum bumi dicipta).
Ketika Batara Guru mengetahui kejadian ini, dia mengirim segenggam tanah lewat burung layang-layang untuk menaruh tanah itu pada di laut primodial. Hasilnya terciptalah bumi untuk kemudian dicipta pula tumbuhan dan binatang. Hasil dari hubungan anak Batara Guru dengan seorang tokoh dari langit tadi (dihantar oleh Batara Guru) lahir manusia dengan seluruh keturunannya. Naga Padaho yang asalnya berdiam di laut primodial ini semakin lama semakin sempit tempat (ruang) kedudukannya karena pembentukkan dan perkembangan bumi dari masa ke masa. Kerana keadaan ruangan yang semakin sempit ini maka setiap gerak tubuh Naga Padaho menimbulkan gempa bumi.
Mitologi ini selaras dengan konsep fatalistik Batak bahwa dunia akan hancur pada satu saat nanti, apabila Naga Padaho mampu membebaskan diri dari himpitan Batara Guru. Lee Khoon Choy, dalam bukunya “Indonesia Between Myth and Reality” menceritakan asal usul dunia yang berbeda. Menurut Lee, pada awalnya terdapat satu Tuhan iaitu Ompung Tuan Bubi na Bolon – Tuhan omnipresent dan omnipotent. Ompung bermakna ‘moyang’. Semasa dia, Ompung Tuan Bubi na Bolon bersandar pada sebatang pohon banyan (beringin atau wiringin), ranting yang rapuh patah dan jatuh ke dalam laut.
Ranting rapuh ini menjadi ikan dan hidupan air yang lain. Kemudian jatuh lagi ranting dan terciptalah serangga. Ranting ketiga yang jatuh berubah menjadi binatang seperti rusa, monyet, burung dan sebagainya. Kemudian disusul dengan penciptaan kerbau, kambing, babi hutan dan sebagainya. Hasil dari perkhawinan dua ekor burung yang baru dicipta yaitu Patiaraja (lelaki) dan Manduangmandoing (perempuan) merupakan permulan penciptaan manusia dari telur Manduangmandoing ketika terjadi gempa bumi yang dasyat. Meskipun berbeda dengan Loeb, mitos asal usul yang dibawa oleh Lee memperlihatkan persamaan dasar – asal usul manusia dari telur dan pengaruh gempa bumi akibat gerakan tubuh si Naga Padoha.
Dilihat dari mata kasar, kisah asal usul ini berupa mitos yang tidak dapat diterima akal tetapi kekayaan mitos ini termasuk juga berupa alegori yang kaya dengan persoalan mistis, bila dilihat dari perspektif intrinsik – hampir sama seperti peperangan dalam Mahabaratha dan Ramayana. Apabila dikiaskan dengan mistis Hindu-Buddha, Naga padoha adalah tidak lain adalah Kundalini si naga bumi yang berkedudukan pada jasad manusia (dekat anus / catatan: menurut sonywongso adalah cakra sex karena letaknya antara anus dan kelamin).
Dalam epistomologi Vaishnava (salah satu mazab Hindu), avatara Maha Vishnu – Krishna Paramatma melawan Naga Kaliya, yang akhirnya tunduk kepada Krishna Paramatma. Secara intrinsik, alegori ini mengisahkan kejayaan Krishna Paramatma mengalahkan nafsu (dilambangkan oleh naga/ular). Kalau Naga Padoha adalah Kundalini, bumi adalah jasad mansia, sedangkan Batara Guru adalah roh atau debata atau tondi yang hadir bersama-sama manusia ketika dicipta. Simbol Naga (Ular) dalam mitologi Batak sifatnya adalah universal . Dalam epistomologi agama-agama Semitic, kita dapati watak ular diberikan warna hitam (jahat).
Kisah pembuangan Adam dan Hawa ke bumi adalah akibat hasutan ular terhadap Hawa yang kemudian menggoda Adam dengan kelembutannya. Ironinya, masyarakat Batak percaya suatu masa nanti dunia akan hancur apabila Naga Padoha bangun memberontak. Tetapi, selagi rahmat dan bimbingan Batara Guru masih ada pada manusia, maka mereka tetap dapat menundukkan Naga Padoha dan hidup dalam harmoni. Tidak mengherankanlah bila Batara Guru menjadi debata paling tinggi bagi masyarakat Batak bahkan Nusantara umumnya.
Koding, seorang sejarahwan lainnya berpendapat terdapat banyak kemiripan unsur antara mitologi Batak dengan Hindu. Boru Deak Parujar – anak Batara Guru adalah Dewi Saraswati dalam Hindu. Batara Guru disamakan dengan Mahadewa (Shiva) dan juga dengan Manu – manusia pertama di bumi. Brahma dipersonifikasikan dengan watak Svayambhu – artinya dia yang mencipta wujud dirinya sendiri.
‘Telur dunia emas’ dari mana asalnya Svayambhu sebagai Brahman dan mencipta manusia dan Tuhan (tradisi Hindu), diubah sesuai dalam mitologi Batak dari tiga biji telur, dari setiap satunya lahir satu Tuhan. Justeru, ayam (bhs Batak: manuk) yang melahirkan telur ini dianggap utama dalam kedudukan mitologi spiritual masyarakat Batak. Telur manuk (ayam) ini, dalam tradisi Tantrik disebut ‘salangram’ atau speroid kosmik. ‘Roh’ adalah elemen terpenting agama dan adat masyarakat Batak. Konsep supernatural hampir-hampir tidak muncul di sini.
Konsep yang dominan di kalangan masyarakat Batak ialah TONDI. Menurut Warneck, otoritas unggul kajian tentang masyarakat Batak, ialah tondi ‘spirit’ (tenaga halus), ‘roh manusia’, ‘INDIVIDUALITAS MANUSIA’ yang wujud sejak manusia berada dalam rahim ibunya lagi. Pada saat itu ia menentukan masa depan anak yang bakal lahir. Tondi wujudnya mirip badan dan sekali waktu meninggalkan badan. Bila ditinggal tondi badan orang tersebut bisa jatuh sakit.
Untuk itu, upacara korban dilakukan seseorang untuk menjaga tondinya agar sentiasa berada dalam keadaan baik. .Semua orang mempunyai tondi tetapi kekuasaan tondi dari masing-masing orang berbeda satu sama lain. Hanya tondi tokoh-tokoh besar dan utama kedudukannya dalam masyarakat mempunyai sahala – kuasa supernatural (luar biasa atau semangat/keramat). Logika akan perbedaan ini sama dengan konsep fatalistik Hindu, yang beranggapan bahwa segala kesusahan hidup telah ditetapkan sebelum lahir dan tidak bisa dihindari. Kerana kelahiran adalah dalam kedudukan baik maka tondinya juga akan berada dalam kedudukan yang baik (berkuasa). Bilangan tondi yang terdapat pada seseorang bervariasi dari satu hingga tujuh.
Sebagian masyarakat Batak percaya bahwa setiap orang hanya mempunyai SATU tondi sementara sebagian lainnya percaya ada tujuh tondi bagi setiap individu. Konsep lain berkaitan dengan tondi adalah BEGU (hantu atau iblis). Begu ialah tondi orang mati. Bukan semua tondi adalah begu . Tondi yang natural tanpa ada kaitan dengan kejahatan dikenal sebagai samaon. Setapak lebih tinggi dari samaon ialah semangat atau debata (sama tahapnya dengan Tuhan) yang bervariasi mengikuti fungsi dan kekuasaannya. Shamanisme – tradisi menurunkan roh atau tondi orang yang sudah mati kedalam tubuh orang lain (yang masih hidup) yang dilakukan semata-mata untuk berkomunikasi dengan roh orang-orang yang sudah mati adalah tradisi yang paling popular di Utara Sumatra. Shaman (orang yang dituruni tondi atau ‘si baso’) terdiri dari lelaki dan perempuan.
Saya menelusuri tarombo Adam sampai Nuh yang berdurasi 1500 tahunan, persisnya 1559 tahun dan Nuh generasi ke-10 dari Adam. Kemudian dari Nuh sampai Abraham tarombonya juga 10 generasi berdurasi 490 tahun, Abraham menjadi generasi ke-20 dari Adam. Kemudian dari Abraham sampai Yesus sebanyak 40 generasi dengan durasi 2000 tahun, sehingga Yesus menjadi generasi ke-60 dari Adam. Abraham itu orang Siria, bukan jahudi. Nggak percaya! Cari sendiri tarombonya, pasti ada sama anda. Sementara Adam mungkin orang Batak? Dan coba pula telusuri bibit-bebet-bobot tarombo bangsa ini?
Dalam Kitab Talmud dan Torah, peristiwa Airbah Nuh adalah legenda. Skripsi tertua yang ditemukan adalah di Mesopotamia dalam bentuk ‘cuneform = sejenis tablet tanah liat” sekitar 400 tahun lebih tua dari skripsi yang menceritakan ‘Peristiwa Airbah’. Dalam skripsi bangsa Sumer di Mesopotamia itu (Irak) terdapat cerita berupa legenda Gilgamesh sebagai raja dan pahlawan, dan ceritanya persis sama dengan cerita ‘Airbah Nuh’ Cuma aktornya bukan Nuh tetapi bernama ‘Utnaphistim’. Saya coba ambil kesimpulan bahwa cerita Airbah yang di Talmud dan Torah Jahudi tentu dari peradaban Sumeria, yang disebut Gilgamesh dengan tokoh Utnaphistim-nya. Atau dalam kosmologi Hindu tokohnya bernama Manu. Ternyata cerita Peristiwa Airbah Nuh ini menjadi anutan kepercayaan yang diyakini kebenarannya 100 persen oleh penganut agama besar, dan barangsiapa yang tidak percaya dan tidak meyakini 100 persen peristiwa ini tentu tidak mengakui Kitab Sucinya!.
Aksara Bangsa Batak, menurut penelitiannya sudah ada sekitar 700 tahun Sebelum Masehi dan persamaannya masih bersaudara dengan tulisan Aramaic yang dipakai Yesus, dan Rejang (disekitar danau ranau-batas Lampung), jadi sama sekali bukan berasal dari tulisan Kawi di Jawa yang berasal dari Sanskerta. Buku2 Bangsa Batak sudah dibakar habis oleh Paderi, sebagaian dibawa para bule, dan sebagian lagi dibakar oleh insan batak moderen, sehingga cerita diatas dianggap hanya untuk porsi ‘kedai tuak’ padahal kalau dibuktikan cerita itu ada tertulis dalam aksara Bangsa Batak,
Orang Batak ( Bangsa Batak ) itu sebenarnya kurang pandai berimajinasi bohong karena tarombonya sendiri bisa dia ceritakan sampai 20 generasi kebelakang dan memang bisa persis sama seperti yang tertulis. Nggak percaya ? coba tanya kepada orang Batak yang sudah Ompu (Mpu). Ada asap tentu karena ada api, ada legenda tentu ada kebenarannya.
Kalau ada yang katakan “madekdek sian langit mapultak Sian Bulu ” adalah merupakan pernyataan yang sangat sulit diterima, maka saya lebih sulit lagi menerima bahwa saya ini ternyata dibentuk dari debu tanah lalu dihembuskan nafas lalu… ‘hidup’ apalagi kalau yang membentuk itu seorang pembuat tembikar!
Adalah sebuah harapan bagi saya menulis ini agar yang membaca akan lebih mengerti siapa itu Siraja Batak leluhur orang Batak pada jaman dahulu kala.,. Dan apa ?, siapa ? dan bagaimana orang Batak ? dan yang terpenting menghargai sejarah leluhurnya supaya bangsa yg besar ini jangan terpecah.
ADAT, fenomena yang penting dalam kehidupan masyarakat Batak berbanding epistomologi agama. Adalah tidak keterlaluan untuk dinyatakan bahawa masyarakat Batak secara umumnya memperoleh hampir kesemua fahaman spiritualnya dari India, terutamanya Hinduisme. Faham Hindu – Batak (pengadunan Hinduisme dengan kepercyaan lokal) kemudiannya merebak ke tempat-tempat lain di Indoensia.
Kata LOEB, antara beberapa elemen Hindu yang terdapat dalam kepercayaan Batak ialah ide PENCIPTA dan CIPTAAN, stratifikasi surga (LANGIT), kebangkitan surga (langit), nasib atau kedudukan roh selepas seseorang meninggal dunia, pengorbanan binatang, dan shamanisme (trans atau rasuk).
Faham spiritual masyarakat Batak membagi alam – dunia kosmos (secara kosmologi dan kosmogoni) menjadi 3 bagian yang meliputi alam Tuhan (kedewaan) sampai konsep roh meliputi kepercayaan tentang hantu, iblis dan nenek moyang. Stratifikasi faham tersebut mirip salah satu dari faham Hindu.
- Bagian atas ( Banua Ginjang) adalah tempat Tuhan dan Dewa.
- Bagian tengah (Banua Tonga) yaitu bumi untuk manusia
- Bagian bawah (Banua Toru) yaitu bawah bumi untuk si ‘mati’: hantu, syaitan, iblis dan sebagainya.
Tiga pribadi dari Debata Na Tolu ialah BATARA GURU, SORIPATA ( SORISOHALIAPAN ) dan MANGALABULAN. Batara Guru disamakan dengan Mahadewa (Shiva) sedang Soripata disamakan dengan Maha Vishnu. Namun Mangalabulan mempunyai sejarah kelahiran yang agak kabur dan tidak menunjukkan adanya persamaan dengan imej-imej kosmologi Hindu.
Antara tiga pribadi ini, Batara Guru mempunyai kedudukan yang tertinggi dan utama di kalangan masyarakat Batak, kerana sifatnya sebagai pencipta dan sekaligus pahlawan yang mengajar (guru) kebudayaan, kesenian dan adat masyarakat bagian utara P. Sumatra ini. Mangalabulan sebaliknya adalah pribadi yang agak kompleks kerana di balik memberi rahmat dan melakukan kebaikan dan kebajikan, Mangalabulan juga melakukan kejahatan atas dasar adanya permohonan, .Disamping tiga pribadi utama ini – Debata Na Tolu, masyarakat Batak juga memuja banyak debata (dewata) atau Tuhan yang lebih rendah derajatnya, misalnya debata idup (Tuhan Rumah), boraspati ni tano (spirit bumi/tanah) dan boru saniang naga (spirit air), Radja moget pinajungan (penjaga pintu syurga), Radja Guru (menangkap roh manusia) – tugasnya sama seperti malaikat Izarail dalam epistomologi Islam atau Yama dalam Hindu.
Debata berasal dari kata Sanskrit – deivatha. – Dalam epistomologi Batak, debata merujuk pada arti Tuhan. Masyarakat Batak, seperti masyarakat Hindu, menerima kehidupan dalam nada dualitas. Kebaikan dan kejahatan saling wujud dalam kehidupan, dengan kebaikan menjadi buruan ultimat manusia. Debata yang jahat bagi masyarakat Batak ialah Naga Padoha yaitu debata yang tinggalnya pada tempat paling bawah dalam hieraki tiga alam – iaitu di bawah bumi. Bersama-sama Naga Padoha ialah cerita bagaimana anak Batara Guru, Boru Deak Parujar yang enggan mengadakan komunikasi dengan Mangalabulan di langit, turun ke lautan primodial (sebelum bumi dicipta).
Ketika Batara Guru mengetahui kejadian ini, dia mengirim segenggam tanah lewat burung layang-layang untuk menaruh tanah itu pada di laut primodial. Hasilnya terciptalah bumi untuk kemudian dicipta pula tumbuhan dan binatang. Hasil dari hubungan anak Batara Guru dengan seorang tokoh dari langit tadi (dihantar oleh Batara Guru) lahir manusia dengan seluruh keturunannya. Naga Padaho yang asalnya berdiam di laut primodial ini semakin lama semakin sempit tempat (ruang) kedudukannya karena pembentukkan dan perkembangan bumi dari masa ke masa. Kerana keadaan ruangan yang semakin sempit ini maka setiap gerak tubuh Naga Padaho menimbulkan gempa bumi.
Mitologi ini selaras dengan konsep fatalistik Batak bahwa dunia akan hancur pada satu saat nanti, apabila Naga Padaho mampu membebaskan diri dari himpitan Batara Guru. Lee Khoon Choy, dalam bukunya “Indonesia Between Myth and Reality” menceritakan asal usul dunia yang berbeda. Menurut Lee, pada awalnya terdapat satu Tuhan iaitu Ompung Tuan Bubi na Bolon – Tuhan omnipresent dan omnipotent. Ompung bermakna ‘moyang’. Semasa dia, Ompung Tuan Bubi na Bolon bersandar pada sebatang pohon banyan (beringin atau wiringin), ranting yang rapuh patah dan jatuh ke dalam laut.
Ranting rapuh ini menjadi ikan dan hidupan air yang lain. Kemudian jatuh lagi ranting dan terciptalah serangga. Ranting ketiga yang jatuh berubah menjadi binatang seperti rusa, monyet, burung dan sebagainya. Kemudian disusul dengan penciptaan kerbau, kambing, babi hutan dan sebagainya. Hasil dari perkhawinan dua ekor burung yang baru dicipta yaitu Patiaraja (lelaki) dan Manduangmandoing (perempuan) merupakan permulan penciptaan manusia dari telur Manduangmandoing ketika terjadi gempa bumi yang dasyat. Meskipun berbeda dengan Loeb, mitos asal usul yang dibawa oleh Lee memperlihatkan persamaan dasar – asal usul manusia dari telur dan pengaruh gempa bumi akibat gerakan tubuh si Naga Padoha.
Dilihat dari mata kasar, kisah asal usul ini berupa mitos yang tidak dapat diterima akal tetapi kekayaan mitos ini termasuk juga berupa alegori yang kaya dengan persoalan mistis, bila dilihat dari perspektif intrinsik – hampir sama seperti peperangan dalam Mahabaratha dan Ramayana. Apabila dikiaskan dengan mistis Hindu-Buddha, Naga padoha adalah tidak lain adalah Kundalini si naga bumi yang berkedudukan pada jasad manusia (dekat anus / catatan: menurut sonywongso adalah cakra sex karena letaknya antara anus dan kelamin).
Dalam epistomologi Vaishnava (salah satu mazab Hindu), avatara Maha Vishnu – Krishna Paramatma melawan Naga Kaliya, yang akhirnya tunduk kepada Krishna Paramatma. Secara intrinsik, alegori ini mengisahkan kejayaan Krishna Paramatma mengalahkan nafsu (dilambangkan oleh naga/ular). Kalau Naga Padoha adalah Kundalini, bumi adalah jasad mansia, sedangkan Batara Guru adalah roh atau debata atau tondi yang hadir bersama-sama manusia ketika dicipta. Simbol Naga (Ular) dalam mitologi Batak sifatnya adalah universal . Dalam epistomologi agama-agama Semitic, kita dapati watak ular diberikan warna hitam (jahat).
Kisah pembuangan Adam dan Hawa ke bumi adalah akibat hasutan ular terhadap Hawa yang kemudian menggoda Adam dengan kelembutannya. Ironinya, masyarakat Batak percaya suatu masa nanti dunia akan hancur apabila Naga Padoha bangun memberontak. Tetapi, selagi rahmat dan bimbingan Batara Guru masih ada pada manusia, maka mereka tetap dapat menundukkan Naga Padoha dan hidup dalam harmoni. Tidak mengherankanlah bila Batara Guru menjadi debata paling tinggi bagi masyarakat Batak bahkan Nusantara umumnya.
Koding, seorang sejarahwan lainnya berpendapat terdapat banyak kemiripan unsur antara mitologi Batak dengan Hindu. Boru Deak Parujar – anak Batara Guru adalah Dewi Saraswati dalam Hindu. Batara Guru disamakan dengan Mahadewa (Shiva) dan juga dengan Manu – manusia pertama di bumi. Brahma dipersonifikasikan dengan watak Svayambhu – artinya dia yang mencipta wujud dirinya sendiri.
‘Telur dunia emas’ dari mana asalnya Svayambhu sebagai Brahman dan mencipta manusia dan Tuhan (tradisi Hindu), diubah sesuai dalam mitologi Batak dari tiga biji telur, dari setiap satunya lahir satu Tuhan. Justeru, ayam (bhs Batak: manuk) yang melahirkan telur ini dianggap utama dalam kedudukan mitologi spiritual masyarakat Batak. Telur manuk (ayam) ini, dalam tradisi Tantrik disebut ‘salangram’ atau speroid kosmik. ‘Roh’ adalah elemen terpenting agama dan adat masyarakat Batak. Konsep supernatural hampir-hampir tidak muncul di sini.
Konsep yang dominan di kalangan masyarakat Batak ialah TONDI. Menurut Warneck, otoritas unggul kajian tentang masyarakat Batak, ialah tondi ‘spirit’ (tenaga halus), ‘roh manusia’, ‘INDIVIDUALITAS MANUSIA’ yang wujud sejak manusia berada dalam rahim ibunya lagi. Pada saat itu ia menentukan masa depan anak yang bakal lahir. Tondi wujudnya mirip badan dan sekali waktu meninggalkan badan. Bila ditinggal tondi badan orang tersebut bisa jatuh sakit.
Untuk itu, upacara korban dilakukan seseorang untuk menjaga tondinya agar sentiasa berada dalam keadaan baik. .Semua orang mempunyai tondi tetapi kekuasaan tondi dari masing-masing orang berbeda satu sama lain. Hanya tondi tokoh-tokoh besar dan utama kedudukannya dalam masyarakat mempunyai sahala – kuasa supernatural (luar biasa atau semangat/keramat). Logika akan perbedaan ini sama dengan konsep fatalistik Hindu, yang beranggapan bahwa segala kesusahan hidup telah ditetapkan sebelum lahir dan tidak bisa dihindari. Kerana kelahiran adalah dalam kedudukan baik maka tondinya juga akan berada dalam kedudukan yang baik (berkuasa). Bilangan tondi yang terdapat pada seseorang bervariasi dari satu hingga tujuh.
Sebagian masyarakat Batak percaya bahwa setiap orang hanya mempunyai SATU tondi sementara sebagian lainnya percaya ada tujuh tondi bagi setiap individu. Konsep lain berkaitan dengan tondi adalah BEGU (hantu atau iblis). Begu ialah tondi orang mati. Bukan semua tondi adalah begu . Tondi yang natural tanpa ada kaitan dengan kejahatan dikenal sebagai samaon. Setapak lebih tinggi dari samaon ialah semangat atau debata (sama tahapnya dengan Tuhan) yang bervariasi mengikuti fungsi dan kekuasaannya. Shamanisme – tradisi menurunkan roh atau tondi orang yang sudah mati kedalam tubuh orang lain (yang masih hidup) yang dilakukan semata-mata untuk berkomunikasi dengan roh orang-orang yang sudah mati adalah tradisi yang paling popular di Utara Sumatra. Shaman (orang yang dituruni tondi atau ‘si baso’) terdiri dari lelaki dan perempuan.
Saya menelusuri tarombo Adam sampai Nuh yang berdurasi 1500 tahunan, persisnya 1559 tahun dan Nuh generasi ke-10 dari Adam. Kemudian dari Nuh sampai Abraham tarombonya juga 10 generasi berdurasi 490 tahun, Abraham menjadi generasi ke-20 dari Adam. Kemudian dari Abraham sampai Yesus sebanyak 40 generasi dengan durasi 2000 tahun, sehingga Yesus menjadi generasi ke-60 dari Adam. Abraham itu orang Siria, bukan jahudi. Nggak percaya! Cari sendiri tarombonya, pasti ada sama anda. Sementara Adam mungkin orang Batak? Dan coba pula telusuri bibit-bebet-bobot tarombo bangsa ini?
Dalam Kitab Talmud dan Torah, peristiwa Airbah Nuh adalah legenda. Skripsi tertua yang ditemukan adalah di Mesopotamia dalam bentuk ‘cuneform = sejenis tablet tanah liat” sekitar 400 tahun lebih tua dari skripsi yang menceritakan ‘Peristiwa Airbah’. Dalam skripsi bangsa Sumer di Mesopotamia itu (Irak) terdapat cerita berupa legenda Gilgamesh sebagai raja dan pahlawan, dan ceritanya persis sama dengan cerita ‘Airbah Nuh’ Cuma aktornya bukan Nuh tetapi bernama ‘Utnaphistim’. Saya coba ambil kesimpulan bahwa cerita Airbah yang di Talmud dan Torah Jahudi tentu dari peradaban Sumeria, yang disebut Gilgamesh dengan tokoh Utnaphistim-nya. Atau dalam kosmologi Hindu tokohnya bernama Manu. Ternyata cerita Peristiwa Airbah Nuh ini menjadi anutan kepercayaan yang diyakini kebenarannya 100 persen oleh penganut agama besar, dan barangsiapa yang tidak percaya dan tidak meyakini 100 persen peristiwa ini tentu tidak mengakui Kitab Sucinya!.
Aksara Bangsa Batak, menurut penelitiannya sudah ada sekitar 700 tahun Sebelum Masehi dan persamaannya masih bersaudara dengan tulisan Aramaic yang dipakai Yesus, dan Rejang (disekitar danau ranau-batas Lampung), jadi sama sekali bukan berasal dari tulisan Kawi di Jawa yang berasal dari Sanskerta. Buku2 Bangsa Batak sudah dibakar habis oleh Paderi, sebagaian dibawa para bule, dan sebagian lagi dibakar oleh insan batak moderen, sehingga cerita diatas dianggap hanya untuk porsi ‘kedai tuak’ padahal kalau dibuktikan cerita itu ada tertulis dalam aksara Bangsa Batak,
Orang Batak ( Bangsa Batak ) itu sebenarnya kurang pandai berimajinasi bohong karena tarombonya sendiri bisa dia ceritakan sampai 20 generasi kebelakang dan memang bisa persis sama seperti yang tertulis. Nggak percaya ? coba tanya kepada orang Batak yang sudah Ompu (Mpu). Ada asap tentu karena ada api, ada legenda tentu ada kebenarannya.
Kalau ada yang katakan “madekdek sian langit mapultak Sian Bulu ” adalah merupakan pernyataan yang sangat sulit diterima, maka saya lebih sulit lagi menerima bahwa saya ini ternyata dibentuk dari debu tanah lalu dihembuskan nafas lalu… ‘hidup’ apalagi kalau yang membentuk itu seorang pembuat tembikar!
Adalah sebuah harapan bagi saya menulis ini agar yang membaca akan lebih mengerti siapa itu Siraja Batak leluhur orang Batak pada jaman dahulu kala.,. Dan apa ?, siapa ? dan bagaimana orang Batak ? dan yang terpenting menghargai sejarah leluhurnya supaya bangsa yg besar ini jangan terpecah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar